Surabaya, kartanusa.id – Memasuki fase masa tenang Pemilu 2024 seharusnya dimanfaatkan dengan baik untuk berdoa, berkontemplasi diri dalam rangka menjernihkan pikiran untuk memantapkan hati pada pilihan yang paling bijak menurut diri sendiri.
Maka selama proses masa tenang, ada baiknya pandai-pandai memilih informasi agar tidak mudah terprovokasi.
Dalam rilisnya, Senin (12/2/2024), Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya Alfianur Rizal Ramadhani menyatakan, fase masa tenang Pemilu 2024 saat ini harus kita manfaatkan untuk memantapkan pilihan dengan cara banyak-banyak menggali informasi yang fokus pada kebijakan-kebijakan atau program-program Paslon Capres Cawapres maupun Caleg ke depan.
“Film dokumenter” yang berjudul Dirty Vote di chanel youtube menjadi salah satu hal yang sedang ramai diperbincangkan. Pro dan kontra bermunculan di media sosial, berbagai sudut pandang menjadi bumbu yang mewarnai masa tenang Pemilu 2024.
Film dokumenter tersebut dalam sekejap, tidak sampai 24 jam telah mencapai ratusan ribu penonton, dan menimbulkan efek yang luar biasa bagi sebagian orang.
“Film tersebut tentu meramaikan kondisi masa tenang Pemilu 2024, banyak komentar-komentar bermunculan di media sosial yang bernuansa pro dan kontra,” ungkap Alfi.
“Kami Pemuda Muhammadiyah Surabaya berharap agar film tersebut memiliki tujuan sebagai saran edukasi, bukan sebaliknya, menjadi sarana kegaduhan di masa tenang saat ini,” imbuh Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya.
Pemuda Muhammadiyah Surabaya memiliki sudut pandang bahwa film tersebut memiliki sisi tendensius tertentu, sehingga berpotensi menimbulkan kegaduhan di masa tenang Pemilu 2024.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya menyayangkan di dalam film tersebut terdapat ilmuan dan pakar hukum yang justru terkesan terlalu tendensius dalam penyampaiannya, sehingga menjadi kurang edukatif.
“Kami menyayangkan karya tersebut, karena aktor di dalamnya adalah pakar dan ilmuan hukum yang seharusnya memiliki integritas keilmuan yang mampu memberikan pandangan secara ilmiah dan edukatif kepada masyarakat awam” ungkap Alfi.
“Sebenarnya kami mengapresiasi karya tersebut, namun bahasa-bahasa yang digunakan terlalu tendensius terhadap pihak-pihak tertentu, justru kurang memunculkan sisi ilmiah dan edukatifnya”, tambahnya.
Selain itu, Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya juga menyayangkan bahwa film tersebut muncul di saat masa tenang yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menciptakan iklim demokrasi yang sejuk dalam rangka menyambut pesta demokrasi 14 Februari mendatang.
“Kami juga amat menyayangkan terhadap timing yang kurang tepat kemunculan film tersebut, seharusnya tidak dimunculkan ketika masa tenang, seharusnya di masa tenang semua pihak harus memahami bahwa masa tenang adalah waktu yang tepat untuk saling mendinginkan suasana dan bermuhasabah serta bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk hasil terbaik Pemilu 2024 saat ini,” paparnya.
“Sungguh sayang sekali, karena film tersebut selain bernada tendensius terhadap pihak tertentu, dan timing kemunculannya sangat tidak tepat, di saat masa tenang yang telah ditetapkan oleh KPU, kami Pemuda Muhammadiyah Surabaya berharap semoga masyarakat tetap fokus pada tujuan untuk menjaga kondusitifas Pemilu 2024, dan saling menjaga kedamaian satu sama lain,” tutup Alfi Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya. (Redaksi)