Sunday, September 8, 2024
spot_img
CleanTexs
20240303_141948
agaddhita
UMcmps
previous arrowprevious arrow
next arrownext arrow
Shadow

Bahaya Jadi Budak Harta

No Ferry No Happy Bismillahirrahmanirrahim
Embun Pagi Cermin Diri Harian – EPCDH

oleh Ferry Is Mirza DM (fim), Wartawan Utama PWI Dewan Pers, refrensi tafsir Alquran dan alhadits, Senin 16 Sya’ban 1445 H, 26 Februari 2024.

Assalammualaykum Warrahmatallahi Wabarrakatuhu

Bahaya Jadi Budak Harta

KAPITALISME telah memengaruhi gaya hidup kaum muslim. Sebagian besar umat Islam menjadi konsumtif, pengejar cuan, dan akhirnya melupakan kewajiban kewajibannya sebagai muslim.

Padahal Rasulullah Shalallahu Alayhi Wasallam sudah mengingatkan umatnya, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.”
(HR. Bukhari).

Budak harta maknanya, harta dan uang memperbudak dan memerintahkan manusia untuk mencari uang. Manusia yang tamak akan patuh dengan perintah harta atau uang. Uang pun “berkata”, “Carilah aku dan kerahkanlah semua tenaga kalian. Carilah aku lagi, belum cukup. Engkau perlu kerja sampai malam dan lembur sampai libur akhir pekan. Carilah aku. Engkau perlu mengorbankan sedikit kehormatan dirimu dan prinsip hidupmu agar bisa dapat uang pada zaman ini.”

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Engkau akan menjadi budak harta jika menahan harta tersebut. Akan tetapi, jika engkau menginfakkannya, harta tersebut barulah menjadi milikmu.”
(Tafsir Ibnu Katsir, hlm. 443).

Ketahuilah bahwa manusia yang rakus dan tamak menjadi budak harta karena harus menjaga harta tersebut. Bahkan, untuk menjaga harta perlu mengorbankan segalanya. Ulama mengatakan, “Ilmu itu menjaga pemiliknya, sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.”
(Miftah Daris Sa’adah, hlm. 29).

Harta bisa menjadi fitnah (ujian) terbesar bagi umat. Nabi Muhammad Shalallahu Alayhi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta.”
(HR. Bukhari).

Rasulullah Shalallahu Alayhi Wasallam bersabda, “Tidaklah dua serigala lapar yang menghampiri seekor kambing lebih berbahaya baginya daripada ambisi seseorang kepada harta dan kedudukan bagi agamanya.”
(HR. Tirmidzi).

Namun sayangnya, banyak orang yang tidak mengingat dan memahami hadits di atas. Kita menyaksikan tidak sedikit dari kalangan para pejabat dan konglomerat muslim tertipu oleh harta dan dunia. Mereka menjadi tamak, mengira bahwa dirinya raja dan tuan. Sesungguhnya, mereka telah diperbudak oleh harta dan dunia. Astagfirullah.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Kehidupan dunia telah menipu mereka.”
(QS. Al-An’am: 130).

Kemudian, Allah juga berfirman, “Hai orang orang yang beriman, janganlah harta- hartamu dan anak- anakmu melalaikan kaum dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian, maka mereka itulah orang- orang yang rugi.”
(QS. Al-Munafiqun: 9).

Penyakit cinta dunia pada seorang muslim bisa menghantarkan kepada kekufuran. Ada yang berislam di pinggiran, yakni keislamannya mantap jika ia diberi nikmat dunia. Akan tetapi, jika mendapat bencana, ia pun menjadi murtad. Inilah keadaan orang orang yang keislamannya berada di pinggiran jurang.

Jika dunia telah memenuhi hati, pikiran pun hanya tertuju memikirkan dunia. Ia bisa menjadi budak harta, tidak memedulikan cara memperoleh harta, dengan jalan yang halal maupun haram. Semoga kita bukan bagian dari muslim yang diperbudak harta. Sebaliknya, kita menjadikan harta yang dimiliki sebagai sarana untuk dekat pada Allah Ta’ala. Caranya, dengan banyak berkontribusi untuk perjuangan Islam, membiayai berbagai kebutuhan dakwah, dan menolong sesama manusia yang kekurangan (miskin).

fimdalimunthe55@gmail.com

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles