Kiprah Dakwah 57 Tahun DDII, Menyinari Negara Kesatuan Republik Indonesia
Surabaya, kartanusa.id – Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) didirikan pada 26 Februari 1967.
Maka, pada 26 Februari 2024, Dewan Dakwah genap berusia 57 tahun. Usia 57 tahun bukan muda lagi, dan harus disyukuri bahwa Dewan Dakwah terus aktif melaksanakan dakwah Islam di seluruh penjuru Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia didirikan oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka di Indonesia, yang juga para pendiri bangsa (founding fathers), seperti Mohammad Natsir (Perdana Menteri pertama Negara Kesatuan Republik Indonesia), Mr. Mohammad Roem (Menteri Luar Negeri RI, dan penandatangan Perjanjian Roem-Van Roejen), Mr. Sjafroedin Prawiranegara (Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dan Gubernur Bank Indonesia pertama), Prof. Dr. HM Rasjidi (Menteri Agama pertama RI, yang memimpin Kementerian Agama), Mr. Burhanuddin Harahap (Perdana Menteri RI ke-9), Prawoto Mangkusasmito (Ketua Partai Islam Masyumi terakhir), Prof. Kasman Singodimedjo(Jaksa Agung Pertama), Buchari Tamam (Tokoh Gerakan Pemuda Islam Indonesia dan Sekretaris Dewan Da’wah pertama), dan sebagainya.
Dalam usianya yang ke-57 tahun, di tahun 2024, Dewan Dakwah telah memiliki perwakilan di 32 provinsi dan lebih dari 200 daerah tingkat II di Indonesia. Kini, ribuan kader dai dari Dewan Dakwah aktif berdakwah di seluruh pelosok Indonesia, baik di kota besar, di daerah kecil bahkan di daerah pedalaman. Mereka terhimpun dalam lembaga bernama PERSADA (Persatuan Dai Dewan Dakwah).
Disamping itu, ada sekitar 300 dai yang bertugas di daerah-daerah dan mendapatkan ‘mukafaah’ (insentif) bulanan secara rutin dari Dewan Dakwah pusat. Ratusan lagi dai Dewan Dakwah yang dibiayai kegiatan dakwah mereka oleh beberapa Dewan Dakwah daerah. Setiap tahun, Dewan Dakwah mengirimkan ratusan dai ke seluruh pelosok Indonesia.
Ada sekitar 1000 masjid yang telah didirikan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Saat ini keluarga besar Dewan Dakwah mengelola ribuan pondok pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi. Pada kepengurusan Dewan Dakwah masa khidmat 2020-2025 dibentuk bidang khusus yang menangani dan membina tiga poros dakwah, yaitu masjid, kampus, dan pondok pesantren.
Kampus utama Dewan Dakwah, yakni Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, hingga tahun 2024, meluluskan lebih dari 1100 orang alumni. Mereka berkiprah dalam bidang dakwah di berbagai pelosok Nusantara. STID Mohammad Natsir saat ini juga mendidik dan memberi beasiswa kepada 1037 lebih mahasiswa tingkat S-1dan mahasiswa ADI. Mereka disiapkan menjadi dai-dai dan guru-guru ngaji yang siap diterjunkan ke masyarakat pelosok. Disamping itu, hingga tahun 2024 ini, Dewan Dakwah juga mengelola 31 Kampus Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di beberapa kotase-Indonesia. Karena ribuan lulusan STID Mohammad Natsir dan ADI telah berkiprah sebagai dai di tengah masyarakat, maka kami yakin, STID Mohammad Natsir adalah termasuk kampus terbaik.
Sejak tahun 2007, Dewan Dakwah juga dikenal dengan Program Kaderisasi Ulama (PKU) yang awalnya bekerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Sampai tahun 2024, Program ini telah melahirkan 77 doktor dan 250 lebih master, dalam berbagai bidang keilmuan. Banyak diantara mereka yang telah berkiprah dalam bidang pendidikan dan pemikiran Islam, seperti Dr. Tiar Anwar Bahtiar, Dr. Dinar Dewi Kania, Dr. Ujang Habibie, Dr. Ahmad Alim, Dr. Imam Zamroji, Dr. Budi Handrianto, Dr. Ahmad Annuri, Dr. Dwi Budiman, dan sebagainya.
Sejak didirikan tahun 1967 hingga kini, Mohammad Natsir dan Dewan Dakwah telah mengirim dan memberikan rekomendasi kepada ribuan mahasiswa yang menimba ilmu di Timur Tengah, Amerika, Eropa, dan Malaysia. Para kader Dewan Dakwah itu –atau para kader Mohammad Natsir itu — masih banyak yang aktif berkiprah di tengah masyarakat, baik sebagai dosen, politisi, guru, maupun pimpinan Lembaga Pendidikan Islam.
Saat ini, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia berkantor di Gedung Menara Dakwah, yang berlokasi di pusat kota Jakarta, di Jalan Kramat Raya 45. Gedung sembilan lantai ini bisa dikatakan sebagai gedung dakwah tertinggi di Jakarta. Nama “Gedung Menara Da’wah” diberikan oleh KH Ali Yafie yang pernah menjadi Rois Am Nahdlatul Ulama. Gedung ini dimanfaatkan untuk perkantoran Dewan Dakwah, kampus STID Mohammad Natsir, perpustakaan, pusat multimedia, dan sebagainya.
Perpustakaan Dewan Dakwah memiliki berbagai koleksi yang unik. Diantaranya adalah Ruang khusus koleksi pribadi Prof. HM Rasjidi. HM Rasjidi adalah Menteri Agama pertama RI dan sekaligus dikenal sebagai salah satu cendekiawan hebat yang pernah menjadi pengajar di McGill University di tahun 1960-an. HM Rasjidi dikenal sangat kritis terhadap pemikiran para orentalis, meskipun gelar doktor diraihnya dari Sorbonne University di bawah bimbingan orientalis terkemuka, Louis Massignon.
Dewan Dakwah telah memiliki Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) Dewan Da’wah, dengan perwakilan di sejumlah provinsi. Semuanya telah disahkan oleh Kementerian Agama. LAZNAS Dewan Da’wah kini tergabung dalam koordinasi organisasi Zakat Ormas Islam, bersama Lembaga zakat NU, Muhammadiyah, Hidayatullah, Persatuan Islam, Wahdah Islamiyah, dan al-Irsyad al-Islamiyah. LAZNAS Dewan Da’wah juga menjadi anggota Forum Zakat Nasional (FOZ).
Di Asia Tenggara dan Internasional, LAZNAS Dewan Dakwah tergabung dalam South East Asia Humanitarian Forum dan Forum NGO Islam tingkat dunia yang berpusat di Turki. Forum ini beranggotakan 350 NGO dari 65 negara. Di forum ini, LAZNAS Dewan Dakwah duduk sebagai auditing board member. Selama enam tahun (2015-2020), Laznas Dewan Dakwah mendapat penghargaan “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”. Ini merupakan opini tertinggi dalam audit keuangan. Tahun 2022, LAZNAS Dewan Da’wah mendapat penghargaan sebagai Lembaga Zakat Nasional dengan Program Dakwah terbaik dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).