oleh Najib Sulhan
(Ketua PCM Mulyorejo)
Setiap manusia melakukan aktivitas. Tentu, berangkatnya dari niat. Untuk apa dan untuk siapa? Selama niat itu baik, maka in sya Allah mendapatkan kebaikan. Sebaliknya, ketika niatnya buruk, maka apa yang dilakukan banyak yang sia-sia.
Nabi Muhammad saw berpesan kepada Abu Dzar Al-Ghifari. “Akhlishil Amal, fainna naaqodu bashiirun” artinya “Ikhlaslah dalam beramal karena Allah itu Maha Teliti.”
Apapun yang dikerjakan oleh manusia, pasti diketahui oleh Allah. Mulai dari yang masih diniatkan hingga sudah diwujudkan di dalam perbuatan. Allah tidak pernah tertipu atas apa yang direncanakan oleh manusia. Allah akan membalas sesuai dengan NIAT yang sudah dibuat.
“Innamal A’malu binniyat. Fainnama likullimri-in maa nawaa.” Artinya, “Segala sesuatu perbuatan dimulai dari niat (tujuan hati) dan sesungguhnya segala perbuatan dibalas sesuai apa yang diniatkan (tujuan hatinya).”
Ketika manusia bersandarnya kepada Allah, maka apapun yang dilakukan tak akan pernah kecewa. Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya. Ketika manusia bersandarnya pada sesama manusia, maka lebih banyak kecewanya.
Saat niat manusia ingin mendapat pujian dari manusia, maka alamat perbuatan bukan untuk Allah, maka tidak sampai ke Allah. Saat itulah, tujuannya hanya pujian. Jika apa yang diniatkan tidak kesampaian, tidak mendapatkan respon pujian, maka kecewa yang akan didapatkan. Atau niat yang terselubung dengan kepentingan, maka alamatnya ke kepentingan itu.
Ramadhan merupakan ibadah yang tersembunyi, jauh dari pamrih. Secara fisik orang yang berpuasa dengan yang tidak, tak ada bedanya. Hanya Allah dan yang berpuasa yang bisa mengetahui. Di sinilah, manusia berlatih ibadah tanpa pamrih dan Allah yang langsung memberikan pahala yang berlipat ganda. Untuk itu luruskan niat agar pahala didapat.