Surabaya, kartanusa.id – Sesi 2 dalam kegiatan Baitul Arqom Tapak Suci Surabaya diisi oleh Dr. M. Sholihin Fanani pada Ahad (24/3). Diberi bekal oleh Allah SWT. Manusia diberikan akal. Kita termasuk orang yang beriman, orang yang yakin dalam hatinya. Diikrarkan dengan lisan.
“Sakitnya manusia terdapat pada dirinya sendiri, begitu juga obat, terletak pada dirinya sendiri,” jelasnya.
Setelah diberi akal, selanjutnya diberikan hati nurani. Orang yang tidak sama antara hati dan lisannya disebut munafik. Lisan bisa benar, lisan bisa salah bergantung pada hatinya. Yang ketiga manusia dibekali Rasul, yang pertama adalah Nabi Adam.
“Muhammadiyah didirikan untuk memberantas kesyirikan, apabila tidak seperti itu, Muhammadiyah tidak akan berkembang,” tandas pak Sholih, panggilan akrabnya.
Muhammadiyah termasuk organisasi yang memberikan kegembiraan. Berorganisasi itu memerlukan hati yang gembira.
Sedangkan dalam hal beribadah kita tidak boleh meninggalkan ajaran dari Rasulullah. Apalagi dalam BerMuhammadiyah.
Diluar Muhammadiyah dikagumi, tapi tidak diikuti. Karena Muhammadiyah merupakan gerakan Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Membimbing masyarakat kedalam sirotul Mustaqim.
“Jadi kader, jangan menjadi wader. Kader harus tegas, harus punya prinsip,” tegas Dr. Sholih.
Ajaran Islam merupakan bekal ke 4. Ajaran yang sempurna. Islam tidak mengenal adanya ‘dum-duman pahala’. Kemudian manusia diberikan hidayah dalam menjalani kehidupan.
“Kenapa orang tidak dapat hidayah, karena tidak pernah meminta. Dan memintanya itu dilakukan secara terus-menerus,” tambahnya.
Akal pikiran manusia itu penting. Hal itu akan menentukan nasib hidup manusia. Pikiran akan menjadi ucapan. Ucapan menjadi tindakan. Tindakan akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menjadi karakter. (Anang Dony Irawan)