oleh Najib Sulhan
(Ketua PCM Mulyorejo)
Hati memang tersembunyi, bahkan tidak ada yang mengetahui isi hati. Namun demikian, hati bisa difahami manakala seseorang sudah berbicara dan berbuat sesuatu karena apa yang diucapkan dan dilakukan merupakan produk hati.
Rasulullah Muhammad saw bersabda yang artinya, “Ingat! Sesungguhnya di dalam tubuh ada muthghoh (segumpal daging). Jika muthghoh itu baik, maka baiklah seluruh tubuh. Dan jika muthghoh itu buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Tahukah? Sesungguhnya itulah yang dinamakan hati.”
Betapa penting bisa menjaga hati. Hati merupakan pemimpin untuk seluruh tubuh. Hatilah yang bisa mengendalikan semua anggota tubuh. Baik dan buruknya manusia, tergantung dari cara menjaga hati.
Ketika orang berbicara, maka karakternya sudah bisa dilihat. Sesuai dengan peribahasa, “Bahasa menunjukkan bangsa” Artinya, “Kebiasaan bertutur kata mencerminkan pribadinya.” Ada orang yang bersikap lembut dalam bertutur kata. Ada pula yang keras dan seringkali membuat telinga panas. Semua itu sesungguhnya, cermin dari hati yang tersembunyi.
Demikian juga sikap dan perangai. Ada orang yang suka dengan menggunakan alasan untuk menghindari tugas. Ada juga yang suka emosi ketika ada respon pikiran yang berbeda. Hal ini juga menunjukkan isi hati yang diproduk melalui perbuatan.
Ramadhan merupakan salah satu cara untuk melembutkan hati. Melalui puasa, bisa membangun empati, karena bisa merasakan lapar. Puasa juga melatih jujur, ada pengawasan melekat dalam bentuk aturan. Puasa dapat melatih bertutur kata benar dan santun. Semua itu karena puasa memberikan janji-janji pasti. Kebaikan yang dilipatgandakan serta pengampunan yang berlapis sebagai motivasi.
Ketika pikiran belum bisa sinergi, maka hati bisa tampil sebagai pengendali. Puasa Bulan Ramadhan juga sebagai perisai. Mampu menahan emosi. Tahu, kalau emosi tidaklah membawa manfaat. Pikiran yang seringkali berbeda faham pemicu masalah. Namun ketika hati terlatih untuk melahirkan kebaikan, maka fikiran yang kurang baik akan bisa dikendalikan hati.