Monday, February 17, 2025
spot_img
CleanTexs
20240303_141948
agaddhita
UMcmps
iklan_klikmu2025
previous arrowprevious arrow
next arrownext arrow
Shadow

Refleksi Idul Fitri: Penguat Perubahan yang Berarti

 

Oleh: Andi Hariyadi

Gema takbir, tahlil dan tahmid yang bersahutan diberbagai pelosok negeri sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan sebagai media pendidikan holistik untuk mencapai ketaqwaan, mengawali masuknya 1 Syawal untuk bermaafan dihari raya Idul Fitri.

Ramadan sebagai media pendidikan holistik selama sebulan merupakan desain keilahian dalam mewujudkan perubahan konstruktif dalam peradaban ini. Puasa Ramadan tidak sekedar menahan lapar dan dahaga saja tetapi sebagai upaya membangun kepedulian dengan merasakan betapa beratnya saudara kita yang masih bersusah payah mencukupi standar kehidupan berupa makan sehari hari, maka pendidikan berpuasa benar benar menjadi gerakan perubahan untuk mampu peduli dan berbagi. Semangat peduli dan berbagi hendaknya menjadi karakter diri sehingga jauh dari sikap arogansi.

Lantunan ayat ayat Al-Qur’an dikumandangkan dalam majelis tadarus dan majelis taklim, merupakan bentuk transformasi wahyu keilahian dalam mewarnai peradaban. Tadarus dan taklim Alqur’an selama sebulan itu merupakan penyemaian nilai nilai kemuliaan untuk mengisi perubahan yang lebih berarti.

Berinteraksi dengan Al-Qur’an semakin menyadarkan diri untuk mengimplementasikan dalam kehidupan. Mengingat kondisi kehidupan yang masih diliputi kegalauan, kecemasan hingga permusuhan maka siraman Wahyu Al-Qur’an begitu meneduhkan dan menentramkan untuk bangkit menebar keteladanan. Idul Fitri sebagai awal perubahan untuk berkontribusi menyuburkan jiwa jiwa yang suci.

Sepuluh hari terakhir Ramadan sebagai proses finalisasi atas capaian perjuangan yang sejak awal Ramadan Istiqomah untuk lebih mendekatkan diri pada Ilahi melalui I’tikaf memohon ampunan padaNya atas segala bentuk kesalahan dan kekhilafan untuk berubah menjadi pribadi mulia yang mampu mewarnai dinamika kehidupan dengan keteladanan.

Sadar akan kekhilafan dan kekurangan sebagai sikap awal untuk menuju perubahan yang berarti, dan kesadaran ini akan membuka secara luas dalam berpartisipasi sebagai cerminan sikap hidup yang inklusif, untuk saling menghormati dan menghargai, saling bermaafan dan saling ta’awun untuk bersama mengisi perubahan yang konstruktif.

Saat Idul Fitri inilah kita bangun kesadaran pribadi dan kesadaran kolektif untuk berlomba dalam kebaikan. Mengingat derasnya proses kehidupan yang terkadang membawa potensi destruktif, bisa diminimalisir dengan karya amal soleh yang relevan dengan permasalahan kehidupan.

Ramadan juga mendidik untuk mampu mengeluarkan sebagian harta kita baik berupa infaq, shodaqoh dan zakat sebagai instrumen filantropi. Harta yang dimiliki tidak terpusat kepemilikannya pada sekelompok kecil saja, tetapi mampu didistribusikan dengan penuh keikhlasan kepada mereka yang berhak menerimanya, sehingga kesejahteraan terwujudkan.

Ritual Ramadan benar benar menjadi energi perubahan yang berarti baik dalam aspek personal, komunal hingga global, baik dari aspek kesadaran hingga ada kepedulian. Proses pendidikan selama Ramadan akan tampak tidak dalam ruang berbatas dinding masjid, tetapi mampu menjangkau dalam dinamika peradaban penuh persaudaraan, kepedulian dan kejayaan.

Memberikan perubahan yang berarti merupakan karakteristik orang yang beriman yang sukses puasanya dan istiqamah dalam dinamika kehidupannya. Sebagaimana Sabda Rasulullah Muhammad SAW: “Orang beriman itu bersikap ramah, dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia “(HR. Thabrani dan Daruquthni).

Idul Fitri di bulan Syawal yang baru dilalui ini kita canangkan mewujudkan perubahan yang berarti dengan memberi kemanfaatan dalam kehidupan ini.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles