Surabaya, kartanusa.id – Pembinaan rutin LKSA Rumah Pintar Matahari yang di laksanakan di Masjid Al-Mukhlis di ikuti oleh 11 santri dan santriwati kali ini mengupas tentang Al Islam dan Kemuhammadiyahan, dijelaskan oleh salah satu pengurus LKSA Rumah Pintar Matahari PCM Krembangan Aris Hidayah, Rabu (24/4/24).
Kiai Ahmad Dahlan dikenal sebagai sosok yang militan dalam menghidupkan dakwah Muhammadiyah. Sifat inilah yang diharapkan oleh Aris Hidayah salah satu anggota Majelis Kader PCM Krembangan teraktualisasi dalam pikiran dan tindakan setiap warga, kader, dan aktivis Muhammadiyah.
“Ketika Kiai Ahmad Dahlan sakit, bahkan beliau masih terus bekerja untuk Muhammadiyah, bahkan sempat dikirim ke Malang untuk tetirah (pemulihan kesehatan), namun sampai di Malang beliau berdakwah, mengisi pengajian dan lain-lain sampai kesehatannya makin buruk. Dibawa lagi ke Yogya dan masih terus bekerja hingga diingatkan oleh dokternya. Lalu dia menjawab kalau saya hentikan apa yang sudah saya lakukan ini, nanti akan berat di kemudian hari bagi para pelanjut saya,” tutur Aris Hidayah.
Kisah Kiai Ahmad Dahlan di atas menurut Aris adalah contoh militansi dalam ber-Muhammadiyah. Militansi itu kemudian diwarisi oleh setiap muridnya, salah satu nya Kiai Fachrodin yang sempat dilema untuk memilih antara Muhammadiyah atau berdagang. Pada akhirnya, Kiai Fachrodin memutuskan untuk berdagang sekaligus tetap membesarkan Muhammadiyah.
“Dalam konteks ini Kiai Ahmad Dahlan mengeluarkan pernyataan hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah,” tutur Aris Hidayah.
“Itu artinya, orang harus punya etos kehidupan di Muhammadiyah sehingga dia tidak menjadi tangan di bawah, tapi harus tangan di atas. Kalau seandainya di antara kita ini (bekerja) di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) tidak apa-apa, itu tidak mencari penghidupan. Tapi ingat di AUM itu tidak hanya mencari nafkah. Kalau hanya mencari nafkah, anda salah alamat,” pesan Aris.
“Tapi di AUM itu kita bisa memperoleh apa yang menjadi profesinya. Tentu dengan kadar kemampuan AUM itu, yang kedua dia sendiri harus membesarkan AUM itu sehingga kalau AUM itu besar, dirinya juga ikut maju. Dan lebih dari itu, baik dari dirinya dan AUM itu bukan hanya untuk AUM, tapi untuk dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Nah di situ militansinya,” imbuh Aris.
Yang dilarang oleh Kiai Ahmad Dahlan itu, sambung Aris, adalah orang memanfaatkan Muhammadiyah untuk kepentingan dirinya kemudian Muhammadiyah, bahkan juga hanya menjadi kuda tunggangan saja, bahkan ketika memanfaatkannya salah sehingga kemudian Muhammadiyah ikut kena masalah,” terangnya.
Meski Aris mendorong penguatan militansi, optimis dengan kemurnian hati para pegiat dakwah Muhammadiyah yang telah menunjukkan sikap militan dan teguh di berbagai daerah.
“Ini soal militansi. Di manakah letak militansi itu. Adanya di jiwa, di hati. Yang mempengaruhi pikiran kita,” ungkap Aris.
“Saya sebagai anggota Majelis Kader PCM Krembangan, kadang merasa sedih melihat banyak orang yang bekerja di Muhammadiyah setelah pulang lepas baju Muhammadiyahnya dan tidak di bawa sampai di keluarga bahkan di masyarakat. Masih banyak orang yang bekerja di Muhammadiyah tidak mau ikut organisasi Muhammadiyah, bahkan tidak mau mengajak keluarga nya untuk bermuhammadiyah. Bahkan masih sering saya lihat ikutan acara tahlilan, yasinan di kampung tidak mau menunjukkan jadi diri nya sebagai Muhammadiyah. Saya ikut prihatin sekali alasannya diterima kerja di Muhammadiyah. Semoga kita semua tidak seperti ini. Mari kita berlomba -lomba mengajak sanak keluarga kita, kerabat kita untuk bermuhammadiyah,” tutup Aris.
Alifiah yang duduk di kelas 5 MI Nurul Huda, salah satu santriwati LKSA Rumah Pintar Matahari PCM Krembangan mengatakan, “meskipun saya tidak sekedar di sekolah Muhammadiyah tapi saya senang sekali di RPM di berikan penjelasan Kemuhammadiyahan. Jadi saya tau sedikit sejarahnya Muhammadiyah tempat saya pembinaan di RPM yang milik Muhammadiyah. (Tama/Aris)