Surabaya, kartanusa – Kegiatan pembinaan rutin santri dan santriwati LKSA Rumah Pintar Matahari PCM Krembangan Surabaya sore ini, Rabu (1/5/24), diikuti oleh 14 santri berjalan dengan lancar.
Untuk pembinaan sore ini Wilujeng, salah satu pengurus LKSA Rumah Pintar Matahari PCM Krembangan Surabaya memberikan materi tentang kejujuran.
“Akhir-akhir ini banyak orang merasakan betapa pentingnya pendidikan karakter atau pendidikan akhlak. Karakter dan juga akhlak sedemikian penting,” terangnya.
“Seseorang tanpa memiliki karakter atau akhlak mulia, maka menjadikan apa saja yang dimiliki akan dianggap tidak ada gunanya dan bahkan membahayakan, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain,” imbuhnya.
Lanjut Wilujeng, pentingnya akhlak mulia atau karakter bisa bisa dilihat dari kenyataan. Orang yang kaya raya tetapi tidak berakhlak mulia maka kekayaannya itu bisa saja digunakan untuk kegiatan sembarangan dan bahkan membahayakan, membeli obat terlarang, misalnya.
Kekuasaan yang berada pada orang yang tidak berakhlak mulia atau berkarakter akan digunakan untuk menindas dan menyalah-gunakan kekuasaannya.
Demikian pula, ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang yang tidak berakhlak akan digunakan untuk merusak kehidupan ini.
“Salah satu ciri orang berakhlak mulia atau berakarakter adalah mampu bersikap jujur. Semua orang sebenarnya memiliki sifat mulia dan bahkan dibawa sejak mereka lahir. Sikap jujur bukan diperoleh tetapi telah dimiliki. Buktinya, sewaktu masih kecil, seseorang pasti jujur. Sebagai contoh yang paling mudah adalah para siswa Taman Kanak-Kanak, mereka pasti jujur. Selanjutnya semakin tinggi jenjang pendidikannya, pertahanan kejujurannya semakin berkurang, dan bahkan suatu saat bisa jadi tidak tersisa,” ungkap Wilujeng yang juga guru di TK ABA 11 Surabaya.
“Dengan demikian lembaga pendidikan tidak selalu berhasil menjadikan orang semakin jujur, melainkan justru sebaliknya. Banyak bukti, semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, semakin menunjukkan tidak mampu berbuat jujur. Kejujuran itu sebenarnya sudah ada pada diri setiap orang. Maka fungsi pendidikan adalah mempertahankan sifat mulia itu,” sambung Wilujeng.
Kejujuran itu bukan harus diajarkan, tetapi harus dipertahankan agar tetap ada pada diri seseorang. Semakin bertambah umur, bertambah pengalaman, dan atau bertambah jenjang pendidikannya, ternyata kejujuran itu justru berkurang,” ujar wilujeng yang juga aktif di organisasi aisyiah pca Krembangan.
Sejalan dengan kenyataan tersebut, seringkali terdengar kalimat yang terasa aneh, misalnya seseorang, oleh karena masih dianggap sebagai anak-anak, belum berpengalaman, dan atau berasal dari desa sehingga belum banyak mengenal kehidupan kota, maka mereka masih dianggap jujur.
Ungkapan tersebut menggambarkan bahwa, jujur seolah-olah melekat pada diri orang yang belum tercerahkan, belum terdidik, belum memiliki banyak pengalaman, dan sejenisnya.
Mendasarkan pada pandangan tersebut, maka perilaku korup sebagai bentuk ketidak jujuran seharusnya dimaknai sebagai bentuk perkembangan negatif dari pribadi seseorang. Bahwa perilaku korup adalah buah dari proses pertumbuhan pribadi seseorang.
Dengan peningkatan kecerdasan, pengetahuan, dan pengalamannya, seseorang sangat mungkin menjadi korup. Mereka melakukan perbuatan negatif dan merugikan banyak pihak itu, sebenarnya adalah justru dari hasil belajarnya.
Oleh karena itu, untuk mencegah munculnya sifat korup, seharusnya ditempuh melalui pembiasaan, yaitu dibiasakan berbuat jujur, agar sifat yang dipandang mulia itu berhasil dipertahankan.
Selain itu sifat tidak jujur seharusnya dianggap sebagai penyakit. Seseorang sejak lahir dikaruniai kesehatan, termasuk kesehatan jiwa atau mentalnya itu.
Akan tetapi dalam perkembangannya, oleh karena pengaruh lingkungan, bertambahnya pengalaman, dan kecerdasannya, maka sifat dasar itu terkena penyakit sehingga tidak tumbuh.
Penyakit itu bisa diperkecil kemungkinannya untuk tumbuh dan berkembang adalah melalui pembiasaan.
Memang kejujuran, sebagaimana sifat-sifat mulia lainnya, sebenar-sebenarnya sudah ada pada setiap diri seseorang. Maka sebenarnya tidak perlu ada pelajaran tentang kejujuran. Sebab pada hakekatnya sifat itu sudah dimiliki oleh setiap orang. Yang diperlukan adalah, bagaimana agar sifat mulia itu tidak berkurang dan apalagi hilang.
Maka sebenarnya tidak perlu ada buku teks dan bahkan guru yang mengajarkan kejujuran. Sebab guru yang mengajarkan itu sebenarnya juga belum tentu telah mampu atau berhasil berbuat jujur. Sedangkan yang pasti dan sangat diperlukan adalah pembiasaan kehidupan sehari-hari bagi semua orang, agar akhirnya berbuat jujur itu.
“Kejujuran harus saya miliki di manapun saya berada. Senang sekali saya materi kejujurannya saya dapat kan di RPM, tandas Aziz salah satu santri baru LKSA Rumah Pintar Matahari yang bersekolah di SD Negeri Krembangan 1 kelas 6. (Tama/Aris)