Surabaya, kartanusa – Fenomena maupun wacana atau opini tentang keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia selalu menjadi pembicaraan yang menarik untuk diikuti. Merupakan hal yang wajar apabila terdapat perbedaan pendapat dalam prosesnya.
Sehingga masyarakat tidak perlu bingung. Bahwa setiap proses opini akan selalu memunculkan tesis dan anti tesis, atau bahkan pro dan kontra.
Pendapat ustadz Adi Hidayat tentang hukum musik cukup ramai menjadi perbincangan, yang kemudian memunculkan pro dan kontra. Beberapa ulama memberikan reaksi terhadap pendapat ustadz Adi Hidayat tentang hukum musik.
“Menurut saya apa yang disampaikan ustadz Adi Hidayat tentang hukum musik cukup jelas, dan video yang direaksi oleh salah satu tokoh salafi itu video potongan tidak utuh,” ujar Alfianur Rizal RRA MPd, Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya.
Video potongan tersebut ternyata diambil dari rekaman agenda kajian Ramadan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, video yang sebenarnya berdurasi sekitar dua jam, namun sepertinya dipotong pada bagian tertentu sehingga terkesan memunculkan opini bahwa ustadz Adi Hidayat menghalalkan musik.
“Iya, itu video potongan dari agenda kajian Ramadan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, kalau kita lihat penuh dan lengkap videonya yang kurang lebih berdurasi dua jam, Insya Allah kita akan paham apa yang dimaksud ustadz Adi Hidayat tentang hukum musik,” papar Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya.
“Hal yang sangat wajar di era digital seperti saat ini, isi pendapat atau pesan dari video lengkapnya bagaimana, kemudian dipotong, akhirnya otomatis ada pesan yang terpotong, jadi muncul pro dan kontra, wajar saja,” imbuh Cak Alfi, Rabu (8/5/24).
Pemuda Muhammadiyah Surabaya mengajak masyarakat untuk memgambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi, termasuk dalam fenomena potongan video ustadz Adi Hidayat tentang pendapat beliau terhadap hukum musik dalam Islam.
Melalui pernyataan kepada media, Ketua Pemuda Muhammadiyah Surabaya mengharap agar masyarakat tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah dalam setiap urusan kehidupan.
“Prinsipnya, ini menjadi pengingat bagi kita, agar segala sesuatu dalam kehidupan ini untuk sama-sama kita kembalikan pada ketentuan Al-Quran dan Sunnah sebagai pedoman hidup kita,” ujar Alfi.
“Tidak perlu saling menyalahkan apalagi sampai pada mengkafirkan orang lain, ditambah lagi sesama muslim, jelas itu tidak sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah,” imbuh Alfi kepada awak media.
Menanggapi fenomena tersebut, Pemuda Muhammadiyah Surabaya mengajak kepada seluruh masyarakat terutama warga Muhammadiyah untuk lebih sabar, dan mengedepankan tabayyun agar tidak mudah terpancing oleh reaksi orang lain.
“Ya kita sebagai masyarakat dan terutama warga Muhammadiyah harus lebih sabar dan mulai membiasakan diri untuk terbiasa mengedapankam tabayyun, agar informasi atau apapun yang kita dapat dari sumber-sumber tertentu tidak kita telan begitu saja, lebih bijaklah dalam bermedia sosial agar media sosial memberikan dampak positif dalam kehidupan kita, tidak malah menjadi lumbung toxic dalam kehidupan kita,” tegas Ketua PD Pemuda Muhammadiyah Surabaya.
“Warga Muhammadiyah Insya Allah legowo ketika ustadz Adi Hidayat sebagai salah satu Ulama Muhammadiyah disudutkan oleh pendapat orang lain yang sampai mengkafirkan UAH, tetapi hal semacam ini tidak boleh terulang kembali, karena budaya mengkafirkan orang lain semacam ini sama sekali tidak mencerminkan ketaqwaan kita sebagai ummat beragama yang berilmu, semoga fenomena ini akan memiliki hikmah terbaik, dan yang bersangkutan mendapat hidayah dari Allah SWT, Aamiin,” tandas Alfi dengan tegas. (red)