Monday, December 2, 2024
spot_img
CleanTexs
20240303_141948
agaddhita
UMcmps
previous arrowprevious arrow
next arrownext arrow
Shadow

Inspirasi Kehidupan : Suara dari Balik Papan Tulis

Inspirasi Kehidupan : Suara dari Balik Papan Tulis

Oleh Ustadz Muhammad Jemadi, MA., M.Pd.

Tokoh :

1. Pak Guru; Seorang guru yang telah mengajar selama 25 tahun.

2. Pejabat; Wakil pemerintah yang bertugas dalam urusan pendidikan.

3. Murid; Mantan siswa Pak Guru yang kini menjadi jurnalis.

Adegan: Ruang kelas kosong setelah jam pelajaran selesai. Pak Guru duduk merenung. Pejabat masuk, disusul Murid yang membawa kamera.

Murid: (mengatur kameranya) “Pak, izinkan saya wawancara sebentar. Saya sedang membuat laporan tentang peran guru di Indonesia.”

Pak Guru: (tersenyum lelah) “Tentu, Nak. Tapi apa ada gunanya? Suara kami sering kali hanya gema di dinding kosong.”

Pejabat: (tersenyum basa-basi) “Wah, Pak Guru terlalu merendah. Pemerintah selalu mendukung para guru. Bukankah banyak program bantuan dan pelatihan yang kami buat?”

Pak Guru: (tersenyum sinis) “Bantuan, ya? Seperti tunjangan yang sering terlambat? Atau pelatihan yang lebih banyak teori daripada solusi? Maaf, Pak, kami di lapangan lebih sering berjuang sendiri.”

Pejabat: (tersentak) “Bukankah guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa? Pengabdian itu adalah panggilan jiwa, Pak Guru.”

Pak Guru: (menatap tajam) “Pahlawan? Pahlawan macam apa yang terus berjuang dengan gaji yang tidak cukup untuk hidup layak? Panggilan jiwa tak akan membayar biaya sekolah anak saya, Pak.”

Murid: (menatap Pejabat) “Pak, apakah anggaran pendidikan yang katanya 20% dari APBN benar-benar menyentuh guru-guru seperti Pak Guru ini?”

Pejabat: (tergagap) “Anggaran itu dialokasikan untuk banyak hal: infrastruktur, program digitalisasi, subsidi…”

Pak Guru: (memotong) “Dan kami, guru-guru di pelosok, tetap mengajar dengan spidol kering dan kursi yang hampir rubuh. Infrastruktur? Sekolah saya bahkan tak punya atap yang layak!”

Murid: “Lalu bagaimana, Pak Guru? Apa harapan Bapak?”

Pak Guru: (mendesah) “Kami tak minta banyak, hanya pengakuan yang nyata, bukan sekadar kata-kata manis. Hargai kerja keras kami, beri kami fasilitas yang layak, dan bayar hak kami tepat waktu. Jangan hanya muncul di Hari Guru untuk pidato.”

Pejabat: (terdiam sejenak) “Saya mengerti keluhan Bapak. Akan saya sampaikan pada pihak terkait.”

Pak Guru: (tersenyum pahit) “Sudah sering kami dengar, Pak. Tapi nyatanya, suara kami selalu tenggelam di rapat-rapat besar itu. Mungkin nanti, ketika semua papan tulis sudah kosong, barulah suara kami terdengar.”

Murid: (berbisik ke kamera) “Mungkin ini bukan soal suara, tapi soal niat yang tulus untuk mendengarkan.”

“Dialog ini menggambarkan realitas bahwa jasa guru sering kali dinilai sekadar simbolis oleh pemerintah, tanpa disertai langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.”

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
0FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles