Surabaya, liputanmu – Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya kembali menggelar Kajian Reboan, kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap dua pekan sekali dalam satu bulan. Kajian ini dihadiri oleh seluruh jajaran Pimpinan, mulai dari direktur, dokter, perawat, hingga petugas kebersihan (CS), yang menyempatkan diri untuk hadir di tengah kesibukan mereka melayani pasien.
Kajian Reboan kali ini menghadirkan pemateri dari Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya, yaitu Ustadz Hamri Al-Jauhari, M.Pd.I., yang membawakan tema; “Sejarah Muhammadiyah”. Dalam pemaparannya, Ustadz Hamri menjelaskan secara mendalam tentang latar belakang berdirinya Muhammadiyah dan peran pentingnya dalam pembaruan pemikiran Islam di Indonesia.
Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
“Muhammadiyah didirikan pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan. Organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah, berdiri pada 27 Rajab 1335 H atau 19 Mei 1917, yang juga bertepatan dengan bulan-bulan keagamaan.” Ujarnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa pemikiran ulama-ulama besar seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad bin Abdul Wahab, dan Rasyid Ridha (1865-1935) turut memengaruhi keilmuan warga Muhammadiyah.
Kemudian, Ustadz Hamri juga menyampaikan bahwa ada faktor obyektif berdirinya Muhammadiyah :
Pertama, Muhammadiyah lahir sebagai respons terhadap kondisi umat Islam saat itu, dengan memadukan ilmu agama dan ilmu umum. Hal ini menjadikan Muhammadiyah sebagai acuan dalam manajemen pendidikan hingga saat ini.
Kedua, Muhammadiyah juga berperan dalam menghilangkan TBC (Tahayyul, Bid’ah, Churafat) atau praktik-praktik kesyirikan yang marak pada masa itu.
“Pada masa itu banyak terjadi penyimpangan, di mana masyarakat terlalu yakin kepada selain Allah.” Ungkapnya.
Relevansi Muhammadiyah di Era Modern
Ustadz Hamri menegaskan bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh Muhammadiyah, seperti pemurnian akidah dan pengembangan pendidikan, masih sangat relevan hingga saat ini.
“Pemurnian akidah dan pengembangan pendidikan, masih sangat relevan hingga saat ini.” Jelasnya.
Meskipun sibuk dengan tugas-tugas keseharian, seluruh jajaran pimpinan dan staf RS PKU Muhammadiyah Surabaya terlihat antusias mengikuti kajian ini. Mereka menyadari pentingnya memahami sejarah dan nilai-nilai Muhammadiyah sebagai landasan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berlandaskan keislaman.
Kajian Reboan ini tidak hanya menjadi sarana untuk menambah ilmu, tetapi juga sebagai momentum untuk memperkuat silaturahmi dan semangat kebersamaan di antara seluruh jajaran RS PKU Muhammadiyah Surabaya. Diharapkan, kegiatan ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi seluruh peserta. (Muhammad Jamaluddin).







