Surabaya, liputanmu – Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel gelar Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah (PagiMu) di Masjid SMA Muhammadiyah (Smamda) Surabaya.
Menghadirkan Tokoh Nasional, Prof. Dr. H. Zainuddin Maliki, M.Si., dengan mengambil tema; “Ramadhan Bulan Tarbiyah Keluarga”, yang diikuti oleh jajaran Pimpinan Cabang Muhammadiyah, Majelis, Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Guru dan Karyawan Amal Usaha Muhammadiyah serta warga Muhammadiyah Ngagel Surabaya. Ahad (16/02/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si., membahas tema Ramadhan sebagai bulan tarbiyah keluarga. Ia menjelaskan bahwa sebagai manusia mempunyai kehendak. Sering terjadi, kita menuruti keinginan atau kemauan daripada kebutuhan. Maka di bulan Ramadan, kita bisa mengontrol kehendak kita.
“Cukup nggak kita, satu bulan itu saja kita bisa mengatur kehendak kita. Makanya Puasa salah satunya berfungsi sebagai tarbiyah iradat; mendidik keinginan/kemauan.” Ujar Prof. Zainuddin Anggota DPR RI tahun 2019-2024.
Lebih lanjut, ia menjelaskan dalam pendidikan ada dua teori, yaitu; konstruktivistik dan behaviouristik.
Pertama, Kontruktivistik sebagai konsep pendidikan di mana orang membangun kepribadiaannya/bertindak berangkat dari keinginan dirinya. Semua perilaku dan tindakannya berangkat dari diri sendiri tanpa dipengaruhi orang lain.
“Kita berpuasa ditengah-tengah orang yang tidak puasa, kita tetap berpuasa, tidak terpengaruh. Maka di dalam keluarga, kita mendidik anak dengan konsep konstruktivistik. Anak shalat disuruh shalat, itu disuruh orang tua begitu juga belajar.” Jelas Prof. Zainuddin Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Yang Kedua, adalah teori pendidikan behaviouristik yaitu kepribadian tindakan dan yang dilakukan karena pengaruh dari orang lain. Ketika anak-anak kita disiplin karena kita awasi atau atas kemauan sendiri.
“Di Sekolah juga begitu, siswa-siswi saat ujian tidak mencontek karena diawasi guru atas kemauan sendiri. Jika guru tidak mengawasi, apakah siswa tidak mencontek, itulah behaviouristik.” Imbuhnya.
Kemudian, ia mengatakan sama halnya ketika kita di malam hari nyetir di jalan raya, kemudian lampu merah dan tidak ada polisi, apakah berhenti atau lanjut. Jika tidak berhenti berarti perilaku kita terbentuk secara teori behaviouristik.
“Puasa itu menjadikan kita membentuk pribadi konstruktivistik. Puasa membuat kita menjadi lebih baik, karena kemauan diri sendiri. Karena kebanyakan dari kita terbentuk dari lingkungan, maka di bulan Ramadlan ini merupakan lingkungan yang mendukung kita menjadi lebih baik.” Tegasnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan salah satu teori derivasi yaitu sebuah teori peran dengan kondisi kesenjangan antara kemampuan dan kemauan. Dan hal ini sangat berbahaya sekali, jangan sampai dalam berbuat baik kita tidak sesuai dengan kemampuan.
“Saat ini ketika kita hidup di sebuah lingkungan yang didominasi dengan teknologi digital, seperti internet yang menganggap persepsi lebih penting dari fakta. Dengan kata lain yaitu pencitraan karena gambar yang dimunculkan berwarna lebih baik. Dan hal inilah yang saat ini dianggap sebagai fakta.” Pungkas Prof. Zainuddin Mantan Wakil Ketua PWM Jawa Timur (Humas/Gus).