Inspirasi Kehidupan : Hidup jangan Takut Miskin
Oleh Ustadz Drs. Muhammad Nashihudin, M.Si.
(Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur dan Anggota Majelis Tabligh PWM DKI Jakarta)
Harta yang melimpah belum tentu membuat bahagia. Banyak orang-orang yang kaya mengakhiri hidupnya dengan tragis yaitu cara bunuh diri dan banyak saudagar kaya yang dirundung nestapa dengan banyaknya penyakit yang menggerogoti tubuhnya sampai akhirnya meninggal.
Sampai hari ini belum ada orang kaya dan kekayaannya melebihi Nabi Sulaiman AS.
Kisah inspiratif orang-orang yang dan akhirnya tertimbun longsor kekayaannya adalah Qorun. Manusia hidup diwajibkan berikhtiar dengan rajin, tekun dan profesional, adapun hasilnya serahkan kepada Allah SWT dengan bertawakkal.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَا مِنْ دَآ بَّةٍ فِى الْاَ رْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَ يَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
Artinya :“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”
وَ هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ فِيْ سِتَّةِ اَ يَّا مٍ وَّكَا نَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَآءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗ وَلَئِنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَـقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اِنْ هٰذَاۤ اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
Artinya :”Dan Dialah yang menciptakan langit dan Bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang kafir itu akan berkata, “Ini hanyalah sihir yang nyata.” (QS. Hud 11: Ayat 6-7)
Seorang muslim harus yakin akan kemampuan dirinya dalam menjalani hidup dan kehidupan. Tidak usah takut miskin, ataupun rendah diri karena semua makhluk hidup sudah dijamin dan disiapkan rezeki mereka masing-masing oleh Allah SWT. Bekerja cerdas, tuntas dan ikhlas seorang muslim akan mampu berdiri pada dirinya sendiri sebagai seorang muslim yang terhormat.
Bila menjadi orang yang sukses dan kaya, contohlah seperti Nabi Sulaiman AS yang tidak sombong dan angkuh, tetapi ia bersyukur dan menyembah Allah SWT.
Tentu jangan pernah menjadi Qorun yang dengan kekayaannya, ia bakhil, serakah dan sombong pada akhirnya ditelan bumi.
Mentadabburi ayat-ayat berikut ini untuk mendapatkan keberkahan dan ketenangan hidup yaitu Ridho Allah SWT. Dunia hanya sementara dan akhirat selamanya.
1. Hidup bekerja cerdas dengan ikhlas, tuntas.
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَا لْمُؤْمِنُوْنَ ۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Artinya : “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah 9: Ayat 105).
2. Hidup agar selalu bersyukur.
مَا يَفْعَلُ اللّٰهُ بِعَذَا بِكُمْ اِنْ شَكَرْتُمْ وَاٰ مَنْتُمْ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ شَا كِرًا عَلِيْمًا
Artinya : “Allah tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 147).
3. Hidup jangan melupakan peringatan Allah SWT.
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَا بَ كُلِّ شَيْءٍ ۗ حَتّٰۤى اِذَا فَرِحُوْا بِمَاۤ اُوْتُوْۤا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِ ذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ
Artinya :“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.”
فَقُطِعَ دَا بِرُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا ۗ وَا لْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya :“Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.”
(QS. Al-An’am 6: Ayat 44-45)
4. Jadikan kekayaan dunia untuk bekal hidup di akhirat.
وَا بْتَغِ فِيْمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّا رَ الْاٰ خِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَ حْسِنْ كَمَاۤ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْـفَسَا دَ فِى الْاَ رْضِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya :“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas 28: Ayat 77).
5. Kajian Tafsir Ibnu Katsir tentang Qorun.
Al-Qashash, ayat 76-77
إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)
Artinya :“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa. (Al-Qashash: 76) Qarun adalah anak paman Musa, yakni saudara sepupunya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha’i, Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, Sammak ibnu Harb, Qatadah, Malik ibnu Dinar, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya, bahwa Qarun adalah saudara sepupu Musa a.s.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa dia adalah Qarun ibnu Yashub ibnu Qahis, sedangkan Musa adalah Ibnu Imran ibnu Qahis.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar menduga bahwa Qarun adalah pamannya Musa ibnu Imran a.s. Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut kebanyakan ahlul ‘ilmi, Qarun adalah saudara sepupu Musa a.s.
Qatadah ibnu Di’amah mengatakan, yang artinya :“Kami mengatakan bahwa dia adalah anak paman Musa a.s. Qarun dijuluki Al-Munawwir karena suaranya yang bagus saat membaca kitab Taurat, tetapi dia adalah musuh Allah lagi munafik, sebagaimana sikap munafiknya Samiri. Keserakahan dirinyalah yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan karena hartanya yang terlalu banyak.”
Menurut Syahr ibnu Hausyab, Qarun menjulurkan kainnya sepanjang satu jengkal karena kesombongan dan keangkuhan terhadap kaumnya sendiri.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ
Artinya :”Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat.” (Al-Qashash: 76)
Maksudnya, terasa berat oleh mereka memikulnya karena banyaknya kunci (yang menunjukkan banyaknya harta).
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Khaisamah, bahwa kunci-kunci perbendaharaan harta Qarun terbuat dari kulit, setiap kunci besarnya sama dengan jari telunjuk. Setiap kunci untuk satu gudang tersendiri secara terpisah. Apabila Qarun berkendaraan, maka semua kunci perbendaharaannya diangkut dengan enam puluh ekor begal yang kuat; menurut pendapat yang lain diangkut dengan sarana lain, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya :“(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash: 76)
Yakni kaumnya memberinya nasihat dengan hal-hal yang lebih bermanfaat bagi kaumnya. Mereka mengatakan kepadanya dengan ungkapan memberi nasihat dan petunjuk, “Janganlah kamu terlalu bangga dengan apa yang telah kamu peroleh.” Dengan kata lain, janganlah kamu membangga-banggakan hartamu.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ
Artinya :“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al-Qashash: 76)
Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah membangga-banggakan diri. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah bersikap jahat dan sewenang-wenang, sebagaimana sikap orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia berikan kepadanya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya :“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Al-Qashash: 77)
Maksudnya, gunakanlah harta yang berlimpah dan nikmat yang bergelimang sebagai karunia Allah kepadamu ini untuk bekal ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai amal pendekatan diri kepada-Nya, yang dengannya kamu akan memperoleh pahala di dunia dan akhirat.
وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya :“Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (Al-Qashash: 77)
Yakni yang dihalalkan oleh Allah berupa makanan, minuman, pakaian, rumah dan perkawinan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban terhadap Tuhanmu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap orang-orang yang bertamu kepadamu, maka tunaikanlah kewajiban itu kepada haknya masing-masing.
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
Artinya :“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.” (Al-Qashash: 77)
Artinya, berbuat baiklah kepada sesama makhluk Allah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.
وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ
Artinya :“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.” (Al-Qashash: 77)
Yaitu janganlah cita-cita yang sedang kamu jalani itu untuk membuat kerusakan di muka bumi dan berbuat jahat terhadap makhluk Allah.
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Artinya :“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77).