Ponorogo, liputanmu – Upaya tingkatkan kualitas manajemen klinik, Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur gelar pertemuan koordinasi dan monitoring evaluasi pengembangan klinik di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO). Ahad (18/05/2025).
Kegiatan ini merupakan rangkaian turba yang dipimpin oleh Ketua MPKU Jatim, Dr. Mundakir, S.Kep., Ns., M.Kep., FISQua. Hadir juga dalam kesempatan tersebut, jajaran MPKU, yakni; Rudi Utomo Wakil Sekretaris, dr. Abdul Manaf Ketua Divisi Pengembangan Klinik, Edy Yusuf, M.Kes., Ketua Divisi Pengembangan SDI, serta Munadi, S.Kep., Ns., Anggota Divisi Pengembangan SDI.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari tuan rumah, yang diwakili oleh Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO), Dr. Dian Suluh, MAP. Dalam sambutannya ia mengucapkan terima kasih karena UMPO dipercaya sebagai tuan rumah dalam pertemuan tersebut.
“Terimakasih atas kepercayaannya kepada kami, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pertemuan yang dihadiri oleh tujuh klinik, yaitu; Klinik Aisyiyah Jetis Ponorogo, Klinik Pratama Almanar UM Ponorogo, Klinik Balong Ponorogo, Klinik Rumah Sehat Muhammadiyah Babadan Ponorogo, Klinik Muhammadiyah Plaosan Magetan, Klinik Aisyiyah Sine Ngawi, serta satu klinik yang sedang dalam tahap pembangunan, Klinik Muhammadiyah Widodaren Ngawi.” Tuturnya.
Sementara itu, Dr. Mundakir, dalam kesempatan tersebut, menekankan bahwa pertemuan ini menjadi ajang diskusi dan penguatan semangat dalam mengembangkan klinik.
“Kita tidak sendiri, di Jawa Timur ada sekitar 50 Klinik Muhammadiyah/Aisyiyah. Kita adalah jaringan yang harus saling mendukung. Jika ada masalah, kita harus mencari solusi terbaik secara bersama-sama. Mari kita berkolaborasi dan berniat mengembangkan klinik sebagai bagian dari ibadah untuk menopang dakwah persyarikatan Muhammadiyah.” Tuturnya dengan penuh semangat.
Masing-masing perwakilan klinik kemudian diberi kesempatan, untuk menyampaikan perkembangan dan tantangan yang dihadapi:
1. Klinik Aisyiyah Sine Ngawi.
Diwakili oleh dr. Rhea selaku Kepala Klinik. Klinik ini berdiri pada tahun 2022 di Jl. Raya Sine, Sendang, Tulakan, Kec. Sine, Kabupaten Ngawi.
“Sudah terakreditasi paripurna pada 2024, bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dan telah melunasi utang sebesar Rp200 juta kepada RSU Aisyiyah Ponorogo.” Ujarnya.
Perwakilan PCA Sine menambahkan bahwa meski tidak ada anggota yang berlatar belakang kesehatan, mereka tetap berikhtiar dan bersyukur dipertemukan dengan dokter muda yang bersemangat dalam perjuangan.
2. Rumah Sehat Muhammadiyah Babadan Ponorogo.
Diwakili oleh dr. Barunanto. Klinik yang terletak di Jl. Syuhada II No. 22, Ngunut 3, Babadan, Ponorogo ini telah mandiri secara operasional, bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dan sudah terakreditasi.
“Klinik ini telah mandiri secara operasional, bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dan sudah terakreditasi.” Tegasnya.
3. Klinik Aisyiyah Jetis Ponorogo.
Disampaikan oleh dr. Airilla selaku Kepala Klinik. Klinik ini berdiri sejak 2018 di Jl. Nasional III, Kutu Kulon, Jetis, Ponorogo. Sempat mengalami masa sulit namun berhasil bangkit dengan dukungan MPKU PWM Jatim dan RSU Aisyiyah Ponorogo.
“Kini sudah terakreditasi dan bekerja sama dengan BPJS. Tantangan yang dihadapi adalah keberadaan Puskesmas Jetis dan dokter praktek pribadi di sekitarnya.” Ujarnya.
4. Klinik Muhammadiyah Balong Ponorogo.
Diwakili oleh Edi, perawat RSU Muhammadiyah Ponorogo. Klinik yang berada di Jl. Pemuda No. 11, Dukuh Bangunsari, Balong, sudah bekerja sama dengan BPJS dan terakreditasi.
“Klinik ini sudah bekerja sama dengan BPJS dan terakreditasi. Namun, masih mengalami kendala dalam ketersediaan dokter.” Urainya.
5. Klinik Muhammadiyah Plaosan Magetan; Dihadiri oleh MPKU PCM Plaosan, PCM Plaosan, Wakil Kepala Klinik, dan Dokter Gigi. Klinik ini sedang dalam proses pengajuan kerja sama dengan BPJS dan menunggu visitasi.
“Meskipun ada keterbatasan alat kesehatan dan harus berhutang untuk pemenuhan alat, operasional klinik tetap berjalan baik. Kompetitor utama adalah Puskesmas Plaosan dan UPTD Puskesmas Sumberagung.” Katanya.
6. Klinik Almanar UM Ponorogo; Diwakili oleh Mas Bayu. Klinik ini berdiri pada 2022 di kompleks kampus UM Ponorogo, Jl. Budi Utomo No. 10. Sudah terakreditasi dan bekerja sama dengan BPJS.
“Tantangan utama adalah belum memiliki dokter tetap serta lokasi yang kurang strategis karena berdekatan dengan fasilitas kesehatan lainnya.” Tandasnya.
7. MPKU PCM Widodaren Ngawi; Klinik ini masih dalam tahap pembangunan, berdiri di atas lahan seluas 2.100 m². Hingga kini telah terserap dana sebesar Rp600 juta dari total rencana anggaran Rp6 miliar. Mereka berharap bisa menyelesaikan tahap pertama yang membutuhkan dana sekitar Rp3 miliar.
Dalam kesempatan tersebut, Munadi, S.Kep., Ns., Anggota Divisi Pengembangan SDI MPKU PWM Jatim, yang juga pemilik Klinik Surya Medika Lamongan, menekankan pentingnya pengelolaan klinik yang baik.
“Sejak ada regulasi baru, 144 diagnosa dikembalikan kepada FKTP, baik Puskesmas maupun Klinik. Ini adalah peluang yang harus dimanfaatkan dengan pengelolaan yang ulet.” Ujarnya.
Senada, dalam kesempatan tersebut juga, Dr. Abdul Manaf menambahkan bahwa kemajuan Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah bergantung pada adanya pejuang yang siap “ngeloni” (menemani secara total), merawat, dan berjuang secara profesional.
“Klinik perlu dimonitor dan dievaluasi secara rutin agar tetap terkendali.” Tegasnya.
Menutup pertemuan, Dr. Mundakir yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), dengan candaan menyampaikan bahwa tugas MPKU adalah pembinaan, bukan pendanaan.
Terkait pembangunan Klinik Widodaren, dia berharap semangat para pengelolanya tetap menyala. MPKU Jatim akan tetap mencoba menyuarakan kebutuhan klinik ini kepada RSMA yang sudah mapan.
“Yang terpenting adalah tetap semangat, niatkan sebagai jalan dakwah agar semua yang kita lakukan menjadi mudah atas izin Allah SWT.” Pungkasnya. (AW).